Jumat, 11 Maret 2016

Puasa



PUASA
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
Studi Fiqih






Disusun Oleh:
1.      Donni Lailatul Masruroh (210214201)
2.      Muhammad Yusuf (210214202)

Kelas: SMG

Dosen Pengampu:
Irma Rumtianing Uswatul Hanifa, S.Ag, M.SI

PRODI MUAMALAH
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya makalah dengan judul “Puasa” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Studi Fiqih. Makalah ini memaparkan dan menjelaskan mengenai puasa-puasa dalam agama Islam.
            Melalui makalah ini, secara khusus diharapkan kami memperoleh manfaat positif dan mahasiswa mampu mencapai ketuntasan belajar sekaligus mampu memicu cara berpikir kritis terkait dengan bab puasa. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah menyumbangkan pemikirannya dalam penyelesaian makalah, terutama dosen mata kuliah Studi Fiqih, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo yang telah membimbing dari awal hingga akhir penyelesaian makalah.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.




                                                                                   Ponorogo, 19 September 2014

                                                                                                      Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................
Daftar Isi .........................................................................................................          
Pendahuluan ....................................................................................................         
1.      Latar belakang .....................................................................................
2.      Tujuan ..................................................................................................         
3.      Rumusan Masalah ...............................................................................          
Pembahasan ......................................................................................................        
1.      Pengertian dan Pembagian Puasa .........................................................        
2.      Syarat dan Rukun Puasa .......................................................................        
3.      Kesunahan, hal yang dimakruhkan dan yang membatalkan Puasa .......
4.      Yang boleh tidak puasa dan pengganti Puasa dalam Puasa ramadhan ..
5.      Manfaat Puasa ........................................................................................      
Penutup ..............................................................................................................       
1.      Kesimpulan .............................................................................................      
2.      Kritik dan Saran ......................................................................................      
Daftar Pustaka .....................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam islam puasa merupakan salah satu rukun Islam yang ke-3. Puasa terbagi menjadi beberapa bagian yang wajib dikerjakan dan sunnah untuk dikerjakan.
Puasa juga dapat menunjukkan seseorang tentang kepedulian sosial dikarenakan saling lapar yang sering dialami oleh fakir miskin serta bau mulut orang orang yang berpuasa kelak dihari kiamat berubah menjadi minyak misik. Perhatian Allah sangat luar biasa kepada hambanya yang mengerjakan puasa sampai sampai puasa banyak disinggung dalam kitab-Nya.

B. Tujuan
     Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain yaitu :
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui arti dari puasa
2. Agar mahasiswa dapat melaksanakan puasa dengan semestinya
3. Agar mahasiswa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

C. Rumusan Masalah
     1. Pengertian puasa dan pembagian puasa dan keutamaan puasa
     2. Syarat-syarat dan Rukun Puasa
     3. Kesunahan, hal yang dimakruhkan dan yang membatalkan Puasa
4. Yang boleh tidak puasa dan pengganti Puasa dalam Puasa ramadhan
     5. Manfaat puasa


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Pembagian Puasa
1.      Pengertian Puasa
            Puasa secara bahasa (etimologi) adalah “As-shoum atau As-shiam” yang berarti al-imsaak (menahan). Maksudnya menahan diri dari segala hal. Menahan diri dari bicara berarti puasa bicara, menahan dari tidur berarti puasa tidur, menahan dari makan minum berarti puasa makan dan minum, dan lain lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini." (QS. Maryam:26)
            Sedangkan menurut istilah ulama fiqih (terminologi), puasa berarti menahan dari hal hal yang membatalkan puasa, disertai niat pada malam hari, sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
            Adapun puasa menurut pandangan para ulama’ Sufi, puasa mempunyai pengertian yang lebih luas dan tinggi, bukan hanya sekedar menahan makan dan minum sebagaimana puasa menurut Syar’i. Namun menurut mereka ulama Sufi mendefinisikan adalah menahan makan dan minum serta menahan semua anggota tubuh, fikiran dan hati dari segala macam perbuatan dosa.[1]
            Secara Khusus, puasa (shaum) berarti menjaga enam organ badan, yaitu:
1.      Menjaga pandangan dari melihat sesuatu yang tidak pantas (maksiat)
2.      Menjaga pendengan dari sesuatu yang haram, dosa, atau pembicaraan yang batil
3.      Menjaga lisan dari pembicaraan yang tiada berguna
4.      Menjaga hati dari niat buruk dan pikiran yang menyimpang, serta menanggalkan angan-angan yang tiada bermafaat.
5.      Menjaga tangan dari memegang segala sesuatu yang haram.
6.      Menjaga kaki dari melangkah ketempat yang tidak diperintahkan, tidak dianjurkan, dan menyimpang dari kebaikan.[2]
2.      Pembagian Puasa
Puasa dibagi menjadi beberapa macam menurut hukumnya yaitu:
a.       Puasa Wajib
Puasa wajib adalah puasa yang dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan mendapatkan dosa. Yang termasuk puasa wajib yaitu:
1). Puasa Ramadhan
 Puasa ramadhan adalah puasa yang wajib dikerjakan pada bulan
 ramadhan.
                                    2).  Puasa Nazar
Kata Nazar menurut bahasa adalah berjanji tentang sesuatu hal, baik terpuji ataupun tidak (tercela). Sedangkan menurut istilah, nadzar adalah kesanggupan untuk melaksanakan ibadah yang tidak berhukum wajib a’in, dengan menggunakan shighot.
                        3).  Puasa Kafarat
                               Puasa kafarat adalah puasa yang harus dilakukan sebagai bentuk denda atas pelanggaran syari’at tang telah dilakukan (kafarot), baik mengandung dosa maupun tidak. Contoh: bersetubuh siang hari pada waktu puasa Ramadhan.
                        4).  Puasa Qodlo’
                               Puasa Qodho adalah puasa yang dilaksanakan pada hari hari yang tidak diwajibkan berpuasa, karena disebabkan tidak bisa melaksanakan kewajiban puasa pada waktu yang semestinya.
b.      Puasa Sunnah
Puasa yang bila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Yang termasuk puasa sunah yaitu:
1).  Puasa Enam hari dibulan Syawwal
Puasa enam hari pada bulan Syawal (setelah tanggal 1 syawal) setelah bulan Ramadhan, dalam melaksanakan puasa enam hari pada bulan menurut Imam Ahmad dapat dilakukan secara berturut turut dan ada kelebihan antara yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan menurut golongan Hanafi dan golongan Syafi’i lebih utama melakukannya secara berturut turut, yaitu setelah raya.
                        2).   Puasa Arafah (9 Dzulhijjah)
Yaitu puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah dan ini disunahkan bagi orang islam yang tidak baru melaksanakan ibadah haji.
                        3).   Puasa Asyura’ (10 Muharram)
Adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 bulan Muharram. Muharram adalah bulan pertama kali tahun hijriyyah, yakni tahun perjuangan dan kemenangan dalam sejarah Islam.
                        4).   Puasa Tasu’a’ (9 Muharram)
Adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 bulan Muharroh.
                        5).   Berpuasa pada Sebagian Besar Bulan Sya’ban
                        6).   Puasa Ayyam al-Bidh
Adalah puasa yang dilakukan pada hari-hari tanggal 13,14, dan 15 bulan-bulan hijriyyah.
                        7).   Puasa pada hari hitam (gelap)
                               Dilakukan pada tiga hari terakhir setiap bulan
                        8).   Puasa Senin Kamis
                        9).   Berpuasa Selang Seling (Puasa Daud)
                        10). Puasa pada hari hari disaat tidak mempunyai makanan.[3]


                   c. Puasa Makruh
Adalah puasa jika dikerjakan tidak dapat pahala bahkan jika ditinggalkan mendapat pahala. Yang termasuk puasa makruh adalah :
                        1).  Puasa satu tahun penuh
                        2).   Mengkhususkan puasa hari jumat, atau sabtu, ataupun ahad, dan tidak disambung dengan hari lainnya.
                        3).   Yaum Al-Syak
                               Yaitu hari tanggal 30 bulan sya’ban. Tidak diperbolehkan puasa kecuali orang yang “membiasakan puasa” yang biasa dilakukan. Batasan membiasakan puasa yaitu ketika orang tersebut pernah melakukan puasa sebelum separuh akhir bulan sya’ban, meskipun hanya seminggu sekali atau sebulan sekali, dengan syarat terus dilakukan. Meskipun sebelum separuh akhir bulan sya’ban pernah absen, meskipun hanya satu kali, maka ia tidak diperkenankan melakukan puasa pada paruh akhir bulan sya’ban.[4] Contoh puasanya: puasa Dawud
d.     Puasa Haram
Adalah puasa jika dilakukan akan mendapat dosa dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala.
1).   Dua Hari Raya (Idul Fitri dan Adha)
2).   Tiga hari hari Tasyrid
       Yaitu pada tanggal 11,12,13 bulan Dzulhijah


B.    Syarat dan Rukun Puasa
A.    Syarat
Puasa seseorang dapat dikatakan sah apabila telah memenuhi syarat syarat sah puasa yang berjumlah empat. Yaitu:
1.    Islam
Jika ditengah melakukan puasa seseorang murtad walaupun sebentar, maka puasanya batal.
2.    Berakal
3.    Tidak Haid, Nifas, atau Melahirkan
Jika ditengah melakukan puasa seorang wanita haids, nifas, atau melahirkan walaupun sebentar maka puasanya tidak sah
4.    Dilaksanakan di hari-hari yang diperbolehkan untuk puasa
B.     Rukun
Rukun puasa ada dua, dan keduanya merupakan unsur terpenting dari    hakikat puasa itu. Yaitu:
1.      Niat. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.(QS. Al Bayyinah: 5)
2.      Menahan diri dari dari segala yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt.:
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa(QS. Al-Baqarah:187)
Hal yang dimaksud dengan garis putih dan garis hitam adalah terangnya siang dan gelapnya malam.

C.   Kesunahan, kemakruhan, dan hal yang membatalkan puasa
1.      Kesunahan Puasa
Kesunahan puasa antara lain adalah:
1).  Berdoa saat menjelang masuknya bulan Ramadhan. (Puasa     
                  Ramadhan)
2).  Mandi dalam hadast besar sebelum fajar bagi orang yang 
                  sedang dalam keadaan junub.
3).  Melaksanakan makan sahur dan menghakhirinya
      4). Menyegerakan berbuka puasa dengan kurma jika matahari telah
            terbenam secara jelas. Jika tidak ada kurma berbukalah dengan air.
Nabi Muhammad bersabda:
Artinya: “jika salah seorang dari kalian berpuasa, maka berbukalah dengan menggunakan kurma. Jika ia tidak menemukan kurma, maka (berbukalah) menggunakan air. Sesungguhnya ait itu suci dan mensucukan,” (dishahihkan al-Turmudzi,Ibnu Hibban dan al-Hakim).
2.      Hal yang dimakruhkan dalam berpuasa
Hal yang dimakruhkan dalam berpuasa antara lain:
1). Bersiwaka setelah matahari condong kebarat (zawal)
2).  Melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan sahwat, seperti:  
                  bercumbu, meraba
3). Berlebihan ketika berkumur
3.      Hal yang membatalkan puasa
Hal yang membatalkan puasa antara lain:
1). Makan minum dengan sengaja
2). Mutah-mutah dengan sengaja
3). Berhubungan badan dengan sengaja
4). Memasukkan sesuatu dalam rongga badan
5). Haid dan nifas

D.  Orang yang Boleh Tidak Puasa, dan Pengganti Puasa Ramadhan
1.      Orang orang yang diperkenankan tidak puasa adalah:
a.       Orang yang dalam perjalanan jauh
b.      Orang yang sedang sakit
Yaitu apabila orang tersebut bila berpuasa tidak kuat atau menambah sakit.
c.       Wanita yang sedang hamil atau menyusui. Yaitu perempuan yang sedang hamil atau sedang menyusui jika takut menyengsarakan dirinya atau anaknya.
d.      Manula baik laki laki maupun wanita
Seperti firman Allah swt.: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(QS. Al-Baqarah:184)


2.      Orang yang wajib mengqodho’ puasa
Mengqodho’ adalah mengganti puasa ramadhan dilain hari yang diperbolehkan untuk puasa. Yang diperbolehkan untuk mengqodo’ puasa adalah:
a.       Orang yang batal puasanya ataupun yang tidak berpuasa, baik karena udzur (sakit atau berpergian) atau tidak.
b.      Orang yang batal puasa karena kecerobohannya
c.       Wanita yang sedang haid atau nifas
d.      Wanita hamil dan menyusui
3.      Orang yang wajib mengqodo’ dan membayar fidyah
Fidyah adalah mengeluarkan satu mud ± 600 gram =1/2 kg atau 3/4 liter beras dan agar tidak terjadi kesalahan atau keraguan dalam menakar fidyah hendaknya ditambahi ± 7 ons yang diambil dari jenis makanan yang digunakan sebagai zakat untuk diberikan kepada fakir miskin sebanyak jumlah hari yang ditinggalkan puasanya. Orang orang yang harus melakukan ini yaitu:
a.       Seseorang yang tidak melaksanakan berpuasa karena mengawatirkan orang lain. Seperti:
1). Wanita yang sedang hamil atau menyusui. Keduanya tidak    
      berpuasa karena mengawatirkan kesehatan anaknya.
2). Orang yang tidak berpuasa karena menyelamatkan orang lain
      yang hampir mati.
b.      Bagi seorang yang mempunyai tanggungan menggoqo puasa Ramadhan padahal ia mampu sehingga masuk pada bulan Ramadhan berikutnya.
4.      Orang yang wajib membayar fidyah. Yaitu:
a.       Orang yang tidak mampu berpuasa karena lanjut usia dan bagi orang sakit yang tidak ada harapan sembuh.
b.      Orang muslim yang meninggal dan ia masih mempunyai tanggungan puasa. Ini dirinci menjadi:
1). Orang muslim yang meninggalkan puasa Ramadhan tanpa ada  udzur atau ada udzur kemudian ia meninggal dunia sebelum sempat menggodloi, maka wajib mengeluarkan fidyah satu mud setiap harinya.
2). Orang yang menunda qada’ puasa Ramadhan padahal dirinya mampu sehingga masuk bulan ramadhan berikutnya, kemudian ia meninggal, maka fidyah yang harus dikeluarkan adalah dua mud.
5.      Orang yang wajib mengqodo dan membayar kafarat
Kafarat adalah memerdekakan seorang budak laki laki atau perempuan yang beragama islam dan tidak mempunyai cacat yang dapat menghalangi aktifitas pekerjaannya. Dan jika tidak mampu memerdekakan budak tersebut dia harus berpuasa 2 bulan berturut turut dan jika dia tidak mampu berpuasa berturut turut ia harus memberikan makanan pada 60 orang miskin yang masing masing mendapatkan 1 mud, Orang orang yang harus melakukan ini adalah:
Orang yang berpuasa sengaja membatalkan puasa dengan bersetubuh, serta dirinya tidak mendapatkan keringanan untuk membatalkan puasa. Kewajiban yang menunaikan kafarat ini hanya dibebankan kepada sang suami.[5]

E.  Manfaat Puasa
Manfaat dari puasa antara lain adalah:
1.      Dengan puasa seseorang dapat secara terus menerus menyegarkan keyakinannya atas kemutlakkan kedaulatan Tuhannya, Allah SWT, yang merupakan satu-satunya Penguasa jagad Raya.
2.      Dengan berpuasa seseorang diharapkan mampu mengendalikan keseimbangan dirinya, dimana ia pada satu sisi ia harus senantiasa sadar akan kemutlakan kedaulatan Allah swt.
3.      Dimensi sosial
Puasa juga dapat membina jiwa sosial yang tinggi atau sosial relegius yang terpancar dari didikan puasa dari rasa lapar ketika siang hari.
a.       Kedisiplinan
Ketentuan prinsip ibadah puasa dalam Islam, dimulai sejak munculnya fajar pertama hingga matahari terbenam. Jika ketentuan itu dilanggar maka puasa itu dinyatakan batal, karena itu orang yang berpuasa harus benar benar konsisten.
b.      Kejujuran
Artinya orang yang berpuasa dituntut untuk selalu mempertahankan serta menjunjung tinggi kejujuran, betapapun terasa berat. Dengan kejujuran ini semaksimal mungkin untuk menghindari pelanggaran sekecil apapun yang dapat merusak nilai (pahala) puasanya, baik ketika ia sendirian maupun ketika dihadapan orang lain.
c.       Ta’awun
Puasa dapat menumbuhkan kerja sama dan tolong menolong (ta’awun). Karena setiap orang yang berpuasa untuk beberapa menit atau beberapa jam dalam sehari, sudah pasti merasakan dan mengalami penderitaan yang sama yaitu lapar dan haus.[6]




                                                                                                                                                            


BAB III
KESIMPULAN
                
1.      Arti dari puasa adalah puasa berarti menahan dari hal hal yang membatalkan puasa, disertai niat pada malam hari, sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
2.      Puasa dibagi mejadi puasa yang berdasarkan hukumnya.
3.      Dalam puasa ramadhan seseorang yang tidak melaksanakannya harus mengganti atau membayar sesuatu sesuai dengan kadarnya masing masing.
4.      Dalam berpuasa pun dapat menumbuhkan manfaat yang baik bagi tubuh, lingkungan sosial dan iman kita.

KRITIK DAN SARAN
Dalam penulisan makalah ini kami masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
      Musbikin, Imam. 2007. Rahasia Puasa.Yogyakarta: Mitra Pustaka.
      Asmani, Jamal Ma’mur.2009 Kedasyatan Puasa Dawud. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
     Kang Santri. 2009. Kang Santri. Lirboyo: Purna Siswa III Aliyah 2009.
     Izzza, Mas, 2009. Fiqh Ramadhan. Jombang: Darul Hikmah.



[1] Mas Izza, Fiqh Ramadhan (Jombang: Darul Hikmah.2009), hlm.2
[2] Jamal Ma’mur Asmani, Kedahsyatan Puasa Dawud (Yogyakarta: Mitra Pustaka.2009), hlm.35
[3] Ibid., hlm.38
[4] Kodifikasi Angkatan Santri 2009, Kang Santri (Kediri:Purna Siswa III Aliyah 2009.2009), hlm.250
[5] Op.cit., hlm. 27
[6] Imam Musbikin, Rahasia Puasa (Yogyakarta:Mitra Pustaka.2007), hlm. 80 dan 114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar