Jumat, 11 Maret 2016

PENDEKATAN ILMU SOSIAL



PENDEKATAN ILMU SOSIAL
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Metodologi Stusi Islam”


Dosen Pengampu:
Ahmad Syafi’i, M.S.I
Oleh:
Ayu Istiawati                (210214200)
Donni Lailatul M.         (210214201)

Jurusan Syari’ah
Program Studi Mu’amalah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Ponorogo
2015/2016

 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejak awal permulaan sejarah umat manusia, agama sudah terdapat pada semua lapisan masyarakat, dan seluruh tingkat kebudayaan. Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut untuk terlibat secara aktif didalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh dijadikan sekedar lambang kesalahan.
Tuntunan agama seperti itu dapat dijawab manakala pemahaman agama yang selama ini banyak mengunakan pendekatan teologis, normatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain yang secara operasional konseptual dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang timbul. Seperti pendekatan sosial yang meliputi pendekatan Historis, sosiologis, antropologis dan psikologis.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan Sejarah (Historis)?
2.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan Sosiologis?
3.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan Antropologis?
4.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan Psikologis?
C.     Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah
1.      Agar mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan pendekatan Historis
2.      Agar mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan pendekatan Sosiologis
3.      Agar mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan pendekatan Antropologis
4.      Agar mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan pendekatan Psikologis
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pendekatan Historis
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam studi islam adalah pendekatan sejarah. Sejarah islam bukan hanya sebuah doktrin agama, tetapi membumi dan hidup sepanjang masa bersamaan dengan perjalanan sejarah umatnya.
Pendekatan sejarah dimaksudkan agar dapat diketahui bagaimana ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad tersebut dapat diketahui secara utuh bagaimana awal mulanya masyarakat menerima ajaran tersebut dan selanjutnya bagaimana agama itu mewarnai pola hidup pengikutnya, sampai pada bagaimana agama ini berinteraksi dengan berbagai umat manusia yang berlatar belakang berbagai etnis dan budaya.
Kata sejarah sendiri dalam bahasa inggrisn adalah historyn berasal dari bahasa yunani istoria yang artinya ilmu.
Bahasa arab tarikh berati ilmu yang membahas penyebutan peristiwa dan sebab terjadinya peristiwa tersebut. Istilah dalam bahasa indonesia secara arti adalah silsilah, asal usul, kejadian dan peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampau. [1]
Dalam pendekatan sejarah harus dibedakan dengan dongeng, hikayat, kisah, legenda, dan sebangsanya. Sejarah harus dapat dibuktikan kebenarannya dan harus logis. Karenanya cerita yang tidak rasional dan apalagi tidak bisa dibuktikan kebenarannya tidak dapat disebut sejarah.
Sejarah melihat masa lampau melalui kerangka apa, dimana, kapan, bagaimana, apa sebabnya, dan siapa pelaku pelakunya. Kerangka semacam ini dapat dapat dipergunakan untuk menjelaskan agama baik dalam dimensi historis maupun dimensi masa kini. Selanjutnya dimensi agama dimaksudkan dapat berupa gambaran yang diberikan oleh teks agama maupun apa yang sedang terjadi dalam realitas islam.[2]
Ilmu sejarah mengamati proses terjadinya perilaku manusia. Sistematika pendekatannya yaitu:
a.       Pengumpulan objek yang berasal dari zaman dan pengumpulan bahan bahan tertulis dan lisan yang relevan (Heuristik)
b.      Menyingkirkan bahan bahan yang tidak otentik (kritik atau verifikasi)
c.       Menyimpulkan kesaksian yang dapt dipercaya berdasarkan bahan bahan otentik (interprestasi)
d.      Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan kisah atau penyajian yang berarti.
Jika hukum dipelajari dengan mempergunakan pendekatan analisis sejarah, maka orang akan menjadi terbuka terhadap perubahan dan pembaruan hukum. Orang tidak akan lagi akan memegang teguh pendirian bahwa hanya sesuatu aliran hukum sajalah yang paling benar dan berlaku disemua tempat dan sepanjang waktu. [3]
2.      Pendekatan Sosiologis
Sosiologis pada dasarnya membahas tentang masyarakat secara menyeluruh, meliputi struktur, lapisan, interaksi serta berbagai gejala sosial lainnya sebagai hasil dari proses sosial yang terjadi ditengah tengah masyarakat manusia. Sementara itu, pendekatan ini melihat agama sebagai objek baik berupa ajaran khususnya masyarakat Islam dalam kerangka teori sosiologis.[4]
Dengan ilmu ini suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor faktor yang mendorong terjadinya suatu hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.
Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami agama, karena banyak sekali masalah agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agamanya.
Melalui pendekatan ini agama dapat dipahami dengan mudah karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. [5]
3.      Pendekatan Antropologis
Antropologi adalah ilmu tentang manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang diperoleh sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman dan lingkungan dan mendasari serta mendorong tingkah lakunya. Antropologi memerhatikan terbentuknya pola-pola perilaku manusia dalam tatanan nilai yang dianut dalam kehidupan manusia.
Kebudayaan mencakup tiga aspek, yaitu pemikiran, kelakuan dan hasil kelakuan. Kebudayaan manusia pada dasarnya adalah serangkaian aturan-aturan atau kategorisasi-kategorisasi, serta nilai-nilai. Kebudayaan bukan hanya ilmu pengetahuan saja, tetapi juga hal-hal yang buruk, bahasa dan sebagainya. Kebudayaan meliputi unsur-unsur: sistem sosial, sistem bahasa dan komunikasi, sistem agama, sistem ekonomi dan teknologi, sistem politik dan hukum. Yang termasuk penelitian budaya adalah penelitian tentang naskah-naskah, alat-alat ritus keagamaan, sejarah agama, nilai-nilai dari mitos-mitos yang dianut pemeluk agama, dan lain sebagainya.[6]
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan serta memberikan jawabannya. Dengan kata lain, bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah juga digunakan dalam memahami agama.[7]
4.      Pendekatan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang memelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Seseorang ketika saling berjumpa mengucapkan salam, hormat kepada kedua orang tua, guru, menutup aurat, rela berkorban untuk kebenaran, dan sebagainya merupakan gejala-gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa agama. ilmu jiwa agama, sebagaimana dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, tidak akan memersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.
Dalam ajaran agama banyak dijumpai istilah-istilah yang menggambarkan sikap batin seseorang. Misalnya, sikap beriman dan bertakwa kepada Allah, sebagai orang yang shalih, orang yang berbuat baik, orang yang jujur, dan sebagainya. Semua itu adalah gejala-gejala kejiwaan yang berkaitan dengan agama.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami, dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan ilmu ini agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.
Misalnya dapat mengetahui pengaruh shalat, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya dengan melalui ilmu jiwa. Dengan pengetahuan ini, maka dapat disusun langkah-langkah baru yang efisien lagi dalam menanamkan ajaran agama. itulah sebabnya ilmu jiwa ini banyak digunakan sebagai alat untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang.[8]
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
1.      Pendekatan Sejarah melihat masa lampau melalui kerangka apa, dimana, kapan, bagaimana, apa sebabnya, dan siapa pelaku pelakunya. Kerangka semacam ini dapat dapat dipergunakan untuk menjelaskan agama baik dalam dimensi historis maupun dimensi masa kini.
2.      Pendekatan Sosiologi pada dasarnya membahas tentang masyarakat secara menyeluruh, meliputi struktur, lapisan, interaksi serta berbagai gejala sosial lainnya sebagai hasil dari proses sosial yang terjadi ditengah tengah masyarakat manusia.
3.      Pendekatan Antropologis adalah ilmu tentang manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang diperoleh sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman dan lingkungan dan mendasari serta mendorong tingkah lakunya. Antropologi memerhatikan terbentuknya pola-pola perilaku manusia dalam tatanan nilai yang dianut dalam kehidupan manusia
4.      Pendekatan Psikologis ini digunakan seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami, dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan ilmu ini agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.


DAFTAR PUSTAKA
Sholeh, Shonhaji dkk.. Pengantar Studi Islam. 2010. Surabaya: Sunan Ampel Press.
Nurhakim. Metodologi Studi Islam. 2004. Malang: UMM Press.
Riyadi, Ahmad Ali. Memahami Metodologi Studi Islam. 2013. Sleman: Teras.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. 2012. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Khoiriyah. Memahami Metodologi Studi Islam. 2013. Yogyakarta: Teras.
Sahrodi, Jamali. Metodologi Studi Islam. 2008. Bandung: CV Pustaka Setia.



[1] Shonhaji Sholeh dkk., Pengantar Studi Islam, (Surabaya: Sunan Ampel Press. 2010), hlm. 184
[2]Nurhakim, Metodologi Studi Islam, (Malang: UMM Press. 2004), hlm. 22
[3]Ahmad Ali Riyadi, Memahami Metodologi Studi Islam, (Sleman: Teras. 2013), 94
[4]Ibid., hlm 21
[5] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2012),  hlm.   39
[6] Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam (Yogyakarta: Teras. 2013), 90
[7] Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam (Bandung: CV Pustaka Setia. 2008), 139
[8] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,..50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar