PENDEKATAN ILMU SOSIAL
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Metodologi
Stusi Islam”
Dosen Pengampu:
Ahmad Syafi’i, M.S.I
Oleh:
Ayu Istiawati (210214200)
Donni Lailatul M. (210214201)
Jurusan
Syari’ah
Program
Studi Mu’amalah
Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Ponorogo
2015/2016

BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sejak
awal permulaan sejarah umat manusia, agama sudah terdapat pada semua lapisan
masyarakat, dan seluruh tingkat kebudayaan. Dewasa ini kehadiran agama semakin
dituntut untuk terlibat secara aktif didalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh dijadikan sekedar lambang kesalahan.
Tuntunan
agama seperti itu dapat dijawab manakala pemahaman agama yang selama ini banyak
mengunakan pendekatan teologis, normatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang
menggunakan pendekatan lain yang secara operasional konseptual dapat memberikan
jawaban terhadap permasalahan yang timbul. Seperti pendekatan sosial yang
meliputi pendekatan Historis, sosiologis, antropologis dan psikologis.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pendekatan Sejarah (Historis)?
2. Apa
yang dimaksud dengan pendekatan Sosiologis?
3. Apa
yang dimaksud dengan pendekatan Antropologis?
4. Apa
yang dimaksud dengan pendekatan Psikologis?
C. Tujuan
Tujuan
dalam pembuatan makalah ini adalah
1. Agar
mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan pendekatan Historis
2. Agar
mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan pendekatan Sosiologis
3. Agar
mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan pendekatan Antropologis
4. Agar
mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan pendekatan Psikologis
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pendekatan
Historis
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam studi islam adalah
pendekatan sejarah. Sejarah islam bukan hanya sebuah doktrin agama, tetapi
membumi dan hidup sepanjang masa bersamaan dengan perjalanan sejarah umatnya.
Pendekatan sejarah dimaksudkan agar dapat diketahui bagaimana
ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad tersebut dapat diketahui secara
utuh bagaimana awal mulanya masyarakat menerima ajaran tersebut dan selanjutnya
bagaimana agama itu mewarnai pola hidup pengikutnya, sampai pada bagaimana
agama ini berinteraksi dengan berbagai umat manusia yang berlatar belakang
berbagai etnis dan budaya.
Kata sejarah sendiri dalam bahasa inggrisn adalah historyn berasal
dari bahasa yunani istoria yang artinya ilmu.
Bahasa arab tarikh berati ilmu yang membahas penyebutan peristiwa
dan sebab terjadinya peristiwa tersebut. Istilah dalam bahasa indonesia secara
arti adalah silsilah, asal usul, kejadian dan peristiwa yang pernah terjadi
pada masa lampau. [1]
Dalam pendekatan sejarah harus dibedakan dengan dongeng, hikayat,
kisah, legenda, dan sebangsanya. Sejarah harus dapat dibuktikan kebenarannya
dan harus logis. Karenanya cerita yang tidak rasional dan apalagi tidak bisa
dibuktikan kebenarannya tidak dapat disebut sejarah.
Sejarah melihat masa lampau melalui kerangka apa, dimana, kapan,
bagaimana, apa sebabnya, dan siapa pelaku pelakunya. Kerangka semacam ini dapat
dapat dipergunakan untuk menjelaskan agama baik dalam dimensi historis maupun
dimensi masa kini. Selanjutnya dimensi agama dimaksudkan dapat berupa gambaran
yang diberikan oleh teks agama maupun apa yang sedang terjadi dalam realitas
islam.[2]
Ilmu sejarah mengamati proses terjadinya perilaku manusia.
Sistematika pendekatannya yaitu:
a.
Pengumpulan
objek yang berasal dari zaman dan pengumpulan bahan bahan tertulis dan lisan
yang relevan (Heuristik)
b.
Menyingkirkan
bahan bahan yang tidak otentik (kritik atau verifikasi)
c.
Menyimpulkan
kesaksian yang dapt dipercaya berdasarkan bahan bahan otentik (interprestasi)
d.
Penyusunan
kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan kisah atau penyajian yang berarti.
Jika hukum dipelajari dengan mempergunakan pendekatan analisis
sejarah, maka orang akan menjadi terbuka terhadap perubahan dan pembaruan
hukum. Orang tidak akan lagi akan memegang teguh pendirian bahwa hanya sesuatu
aliran hukum sajalah yang paling benar dan berlaku disemua tempat dan sepanjang
waktu. [3]
2.
Pendekatan
Sosiologis
Sosiologis pada dasarnya membahas tentang masyarakat secara
menyeluruh, meliputi struktur, lapisan, interaksi serta berbagai gejala sosial
lainnya sebagai hasil dari proses sosial yang terjadi ditengah tengah
masyarakat manusia. Sementara itu, pendekatan ini melihat agama sebagai objek
baik berupa ajaran khususnya masyarakat Islam dalam kerangka teori sosiologis.[4]
Dengan ilmu ini suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan
faktor faktor yang mendorong terjadinya suatu hubungan, mobilitas sosial serta
keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.
Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami agama, karena banyak
sekali masalah agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian
agama terhadap masalah sosial ini selanjutnya mendorong kaum agama memahami
ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agamanya.
Melalui pendekatan ini agama dapat dipahami dengan mudah karena
agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. [5]
3. Pendekatan
Antropologis
Antropologi
adalah ilmu tentang manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan
pengetahuan manusia yang diperoleh sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
memahami dan menginterpretasikan pengalaman dan lingkungan dan mendasari serta
mendorong tingkah lakunya. Antropologi memerhatikan terbentuknya pola-pola
perilaku manusia dalam tatanan nilai yang dianut dalam kehidupan manusia.
Kebudayaan
mencakup tiga aspek, yaitu pemikiran, kelakuan dan hasil kelakuan. Kebudayaan
manusia pada dasarnya adalah serangkaian aturan-aturan atau
kategorisasi-kategorisasi, serta nilai-nilai. Kebudayaan bukan hanya ilmu
pengetahuan saja, tetapi juga hal-hal yang buruk, bahasa dan sebagainya.
Kebudayaan meliputi unsur-unsur: sistem sosial, sistem bahasa dan komunikasi,
sistem agama, sistem ekonomi dan teknologi, sistem politik dan hukum. Yang
termasuk penelitian budaya adalah penelitian tentang naskah-naskah, alat-alat
ritus keagamaan, sejarah agama, nilai-nilai dari mitos-mitos yang dianut
pemeluk agama, dan lain sebagainya.[6]
Pendekatan
antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya
memahami agama dengan melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama tampak akrab dan
dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan
serta memberikan jawabannya. Dengan kata lain, bahwa cara-cara yang digunakan
dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah juga digunakan
dalam memahami agama.[7]
4. Pendekatan
Psikologi
Psikologi
atau ilmu jiwa adalah ilmu yang memelajari jiwa seseorang melalui gejala
perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang
yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.
Seseorang ketika saling berjumpa mengucapkan salam, hormat kepada kedua orang
tua, guru, menutup aurat, rela berkorban untuk kebenaran, dan sebagainya
merupakan gejala-gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa
agama. ilmu jiwa agama, sebagaimana dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, tidak
akan memersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan
yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat
pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.
Dalam
ajaran agama banyak dijumpai istilah-istilah yang menggambarkan sikap batin
seseorang. Misalnya, sikap beriman dan bertakwa kepada Allah, sebagai orang
yang shalih, orang yang berbuat baik, orang yang jujur, dan sebagainya. Semua
itu adalah gejala-gejala kejiwaan yang berkaitan dengan agama.
Dengan
ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati,
dipahami, dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk
memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya.
Dengan ilmu ini agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk
menanamkannya.
Misalnya
dapat mengetahui pengaruh shalat, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya dengan
melalui ilmu jiwa. Dengan pengetahuan ini, maka dapat disusun langkah-langkah
baru yang efisien lagi dalam menanamkan ajaran agama. itulah sebabnya ilmu jiwa
ini banyak digunakan sebagai alat untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan
seseorang.[8]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1.
Pendekatan
Sejarah melihat masa lampau melalui kerangka apa, dimana, kapan, bagaimana, apa
sebabnya, dan siapa pelaku pelakunya. Kerangka semacam ini dapat dapat
dipergunakan untuk menjelaskan agama baik dalam dimensi historis maupun dimensi
masa kini.
2.
Pendekatan
Sosiologi pada dasarnya membahas tentang masyarakat secara menyeluruh, meliputi
struktur, lapisan, interaksi serta berbagai gejala sosial lainnya sebagai hasil
dari proses sosial yang terjadi ditengah tengah masyarakat manusia.
3.
Pendekatan
Antropologis adalah ilmu tentang manusia dan kebudayaan.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang diperoleh sebagai
makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman
dan lingkungan dan mendasari serta mendorong tingkah lakunya. Antropologi
memerhatikan terbentuknya pola-pola perilaku manusia dalam tatanan nilai yang
dianut dalam kehidupan manusia
4. Pendekatan
Psikologis ini digunakan seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan
yang dihayati, dipahami, dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai
alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan
usianya. Dengan ilmu ini agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk
menanamkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sholeh,
Shonhaji dkk.. Pengantar Studi Islam. 2010. Surabaya: Sunan Ampel Press.
Nurhakim. Metodologi Studi Islam. 2004. Malang: UMM
Press.
Riyadi, Ahmad Ali. Memahami Metodologi Studi Islam. 2013. Sleman:
Teras.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. 2012. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Khoiriyah. Memahami Metodologi Studi Islam. 2013. Yogyakarta:
Teras.
Sahrodi, Jamali. Metodologi Studi Islam. 2008. Bandung: CV
Pustaka Setia.
[1] Shonhaji
Sholeh dkk., Pengantar Studi Islam, (Surabaya: Sunan Ampel Press. 2010),
hlm. 184
[2]Nurhakim, Metodologi
Studi Islam, (Malang: UMM Press. 2004), hlm. 22
[3]Ahmad Ali
Riyadi, Memahami Metodologi Studi Islam, (Sleman: Teras. 2013), 94
[4]Ibid., hlm 21
[5] Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2012), hlm. 39
[6] Khoiriyah, Memahami
Metodologi Studi Islam (Yogyakarta: Teras. 2013), 90
[7] Jamali
Sahrodi, Metodologi Studi Islam (Bandung: CV Pustaka Setia. 2008), 139
[8] Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam,..50

Tidak ada komentar:
Posting Komentar