PENALARAN
BERBAHASA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :
Rifa Suci Wulandari, M.PD
|
Disusun oleh :
|
|
|
1.
Donni Lailatul Masruroh
2.
Muhammad Burhani
|
210214201
210214190
|
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SYARI’AH MUAMALAH KELAS “G”
SEMESTER DUA
TAHUN AJARAN
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam komunikasi, peristiwa penyampaian gagasan terwujud dalam
uraian atau rentetan pernyataan. Hal demikian dapat bersangkut paut dengan
sejumlah perangkat pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung
menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan
aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar
dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
dapat digunakan penalaran. Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai
penalaran yang diharapkan mahasiswa mampu memahaminya dengan baik.
B.
Tujuan
Dalam penulisan makalah ini penulis memiliki tujuan antara lain:
1.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui mengenai materi Penalaran Bahasa
2.
Mengetahui
penalaran model Toulmin
C.
Rumusan
Masalah
1.
Pengertian
2.
Keterampilan
Menulis
3.
Fungsi,
Tujuan dan Motivasi Menulis
4.
Berpikir
dan Bernalar
5.
Penalaran
dalam Karangan
BAB II
ISI
A.
Pengertian
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-
hubungkan data atau fakta sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
Dengan memperhatikan pengertian penalaran tersebut, selanjutnya
dapat dipahami bahwa penalaran merupakan hal yang sangat penting bagi berhasilnya
aktivitas penyampaian gagasan. Penalaran merupakan kunci bagi bermaknanya
sebuah fakta atau bahan. Namun demikian, untuk menghasilkan sebuah pernyataan
atau penilaian atas suatu hal mutlak diperlukan data/ fakta dan penalaran.
Jadi, untuk menghasilkan pernyataan atau penilaian yang berkualitas
dan meyakinkan, selain diperlukan data atau fakta yang akurat juga diperlukan
penalaran yang baik (logis). Dengan demikian, akhirnya dapat dipahami bahwa
penalaran merupakan hal yang terpenting dalam sebuah karangan.[1]
B.
Keterampilan
Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa,
yakni setelah menyimak, berbicara dan membaca. Hal ini menulis memiliki
kesulitan yang paling tinggi. Yang dimaksud dalam keterampilan menulis disini
yaitu kemampuan seseorang dalam mengeluarkan ide atau gagasan melalui bahasa
tulis.
Karena itu, seseorang yang ingin bisa menulis dengan baik harus
terlebih dahulu melalui proses latihan secara terus menerus.[2]
C.
Fungsi,
Tujuan dan Motivasi Menulis
Menulis selain digunakan sebagai alat komunikasi, menulis juga
melatih seseorang untuk berpikir kritis dan mempertajam pola pikir kita dalam menyelesaikan
suatu permasalahan.
Bahkan tulisan juga dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain
disamping alat penyampaian informasi.
Orang melakukan kegiatan menulis karena didorong oleh beberapa
alasan. Misalnya karena adanya faktor keharusan, promosi, kemanusiaan, sebagai
pengembangan ilmu, kesastraan.[3]
D.
Berpikir
dan Bernalar
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang penulis
adalah kemampuan berpikir logis. Jika seseorang penulis mempunyai kemampuan
penalaran yang baik dalam menyusun tulisannya menjadi suatu tulisan yang kompak
dan menyakinkan, pembaca akan dapat menerima apa yang dikemukakan penulis.
Penulis harus berpedoman pada penalaran dalam menulis, yakni:
1.
Penalaran
tidak bersifat tunggal
2.
Penulis
mengetahui kondisi pembaca
3.
Perpedoman
pada tujuan penulisan
4.
Penulis
dapat menemukan standar penalaran pembaca
5.
Menyesuaikan
pernyataan dengan kekuatan penalaran[4]
Dari
5 hal tersebut menyebabkan penalaran dibagi 2 yaitu:
1.
Penalaran
Induktif
Penalaran
Induktif yaitu penalaran yang bertolak dari pernyataan khusus untuk
menghasilkan pernyataan yang umum.
Bentuk bentuk dari penalaran induktif adalah:
a.
Generalisasi
Adalah
proses penalaran yang bertumpu pada beberapa pernyataan yang mempunyai sifat
tertentu untuk menghasilkan kesimpulan umum.
Contoh:
Jika
dipanaskan, kawat memuai.
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
Jika
dipanaskan, besi memuai.
Jadi,
jika dipanaskan, benda logam akan memuai.[5]
b.
Analogi
Analogi
merupakan proses penalaran dengan cara membandingkan dua hal yang mempunyai
sifat yang sama atau kemiripan dalam hal hal tertentu. Apa yang berlaku pada
hal yang akan berlaku juga pada hal yang lain karena dua hal tersebut memiliki
kemiripan.
Analogi
dapat lebih menjelaskan sesuatu yang belum dikenal dengan menghadirkan sesuatu
yang sudah dikenal. Misalnya untuk memberi penjelasan mengenai manajemen
sekolah, seseorang dapat menganalogikan dengan sebuah konser musik. Bagaimana
seorang kepala sekolah disamakan dengan dirigen, guru dan staf disamakan dengan
musisi dalam konser tersebut. Pada akhirnya, keberhasilan sekolah tersebut
dipersamakan dengan alunan musik sebagai hasil sinergi untuk kinerja dirigen
dan seluruh musisinya.
c.
Hubungan
kausal
Hubungan
kausal adalah bentuk penalaran dengan cara mengkaitkan gejala gejala yang
saling berhubungan dalam hukum kausalitas.
Penalaran
dalam bentuk hubungan kausal ini dapat bertolak dari sebab ke akibat atau dari
akibat ke sebab.
Contoh:
Bila
kita bakar kayu tentu akan muncul asap
(sebab- akibat).
Bila
dari kejahuan kita tahu ada asap membumbung keangkasa, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa dibawahnya terdapat api (akibat-sebab).
2.
Penalaran
Deduktif
Penalaran
deduktif dilakukan dengan bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk
menghasilkan kesimpulan yang lebih khusus.
Artinya,
apa yang dikemukakan didalam kesimpulan secara tersirat telah ada didalam
pernyataan itu. Jadi sebenarnya, proses deduktif bukan menghasilkan suatu
pengetahuan yang baru, melainkan menghasilkan pernyataan atau kesimpulan yang
konsisten dengan pernyataan dasarnya.
Contoh:
Seandainya
kamu tadi mematuhi tata tertib ujian hari ini, tentu kamu tidak mendapatkan
sanksi dari pengawas.
Ada
penalaran penyebab yang mengakibatkan kelemahan dalam penalaran deduktif,
yaitu:
a.
Pernyataan
bukan bersifat kebenaran tetapi pernyataan harapan atau keinginan yang kuat.
Contoh:
Jika
orang tuaku diberi usia yang panjang, aku dan suamiku dapat mengajak mereka
naik haji.
b.
Pernyataan
umumnya sama sekali tidak bisa diterima oeh akal atau kebenaran takhayul.
Contoh:
Hanifah
mempunyai hidung sumbing karena ketika ibunya mengandung dan ketika terjadi
gerhana bulan ibunya tidur saja dan bayi yang dikandungnya tidak dibangunkan
sehingga sebagian hidungnya termakan makhluk jahat.
c.
Pernyataan
deduktif yang didasarkan pada kebenaran umum diperoleh dari induktir
sembarangan. Contoh:
Santi
anak orang kaya. Setiap masuk kuliah, baju yang dipakai Santi selalu bagus dan
berganti ganti.[6]
E.
Penalaran
dalam Karangan
Dalam membuat karangan masih banyak penulis yang melakukan
kesalahan dalam penalaran. Misalnya kesalahan dalam menganalogikan sesuatu,
membuat argumentasi yang berputar putar, menerapkan suatu kasus sebagai sebab
terhadap timbulnya kasus lain hanya berdasarkan urutan kejadiannya, menggunakan
argumen pendapat seorang ahli tidak sesuai dengan bidangnya dan penggunaan
dikotomi yang tidak tepat.[7]
1.
Penalaran
Model Toulmin
Berpikir
logis dapat diungkapkan dalam bentuk wacana ilmiah, seminar, artikel, skripsi,
tesis, maupun disertasi. Pernyataan pernyataan dengan menggunakan pola berpikir
logis bisa dilakukan dengan Model Toulmin.
a.
Konsep
Dasar Logika Model Toulmin
Stephen
Toulmin mengemukakan bahwa terdapat enam elemen dalam mengungkapkan argumen.
Yaitu C (Claim), G (Ground), W (Warrant), B (Backing), M
(Modal Qualifier), R (Rebuttal).
C G
W merupakan elemen utama untuk menyusun suatu argumen sedangkan B M R merupakan
elemen pelengkap.
C G
W B M R sering ditandai dengan sebuah kata atau frase yang disebut dengan
indikator konklusi.
1)
Claim
(pernyataan) adalah pernyataan yang bersifat kontroversi yang ingin
disampaikan penulis. Dalam sehari hari, istilah C disebut juga
kesimpulan. indikator konklusi antara lain dengan, demikian, dapat
disimpulkan, pada umumnya, oleh karena itu, sebab itu, dengan demikian, jadi,
maka dari itu, dapat dibuktikan bahwa ... .
2)
Ground
(alasan), ground mengacu pada materi berupa fakta, opini,
laporan secara historis, peristiwa sehari hari, statistik, dan sebagainya yang
digunakan untuk mendukung C. Indikator konklusi antara lain sebab, selama,
karena ... .
3)
Warrant (pembuktian) adalah pembuktian yang berupa proposisi yang
memungkinkan untuk menghubungkan G ke C. Dapat berupa aturan, prinsip, hukum,
buku pedoman dan keterangan lain yang dapat diterima dan dipercaya oleh umum.
4)
Backing (pendukung) terdiri atas kriteria kriteria atau pengalaman
pengalaman khusus yang digunakan dalam asumsi yang dinyatakan dalam W. Dapat
berupa pernyataan pakar, hasil penelitian dan hasil wawancara.
5)
Modal
Qualifier (kadar kepastian dan kemungkinan)
adalah derajat kepastian atau kemungkinan sebuah C seperti yang diyakini oleh
penulis. Indikator konklusi antara lain agaknya, sangat mungkin, mungkin,
masuk akal, perlu, pasti, tentu saja, sejauh bukti yang ada, rupanya, kiranya,
kemungkinannya.
6)
Rebuttal
(penolakan) merupakan kondisi yang memungkinkan C tidak shahih dan
terbatas cangkupannya. Kecuali... jika... maka... , ... jika... . [8]
b.
Contoh
argumen dengan lofika model Toulmin
1)
Elemen
Claim (C)
(C)
dalam kenyataannya, pengajaran sastra di Indonesia selama ini lebih diarahkan
pada aspek sejarah dan teori sastra. (C) dengan demikian, pencapaian tujuan
belum sampai pada tujuan yang diharapkan (disebut claim berantai).
2) Elemen Ground (G)
(G)
Fatwa haram namun diperbolehkan karena dihukum darurat untuk (C) penggunaan
vaksin berlemak babi bagi jamaah haji menimbulkan polemik.
3) Elemen Warrant
(W)
(W) Selain hal hal
diatas, (G) dari hasil wawancara peneliti dengan pengarang, (C) Chairul Harun
mengatakan bahwa novel Warisan juga berbau futurologis, ramalan masa datang
lewat pemikiran dan penelitian sendiri.
4) Elemen Backing
(B)
(B) Dengan menggunakan
teknik interview dan quesioner dikumpulkan pandangan pandangan responden
terhadap kehidupan seksual yang merupakan data penelitian.
5) Elemen Modal Qualifier
(M)
(M) Mahasiswa berhasil
menyelesaikan studinya dan menjadi sarjana dalam bidang ilmunya, mereka
diharapkan untuk lebih kreatif. Wujud kreativitas ini antara lain adalah karya
karya ilmiah dalam berbagai karangan ilmiah.
6) Elemen rebuttal (R)
(C) berdasarkan data
empiris yang ada menyebabkan terjadinya polemik (G) karena belum ada standar
angka yang pasti untuk menentukan kapan suatu wabah dianngap gawat sehingga
fatwa darurat diberlakukan. (M) Fatwa darurat barangkali tidak ada pertentangan
(R) seandainya kasus miningitis terjadi pada 50% atau 5% dari total jamaah
haji.[9]
2. Keunggulan Logika Model
Toulmin
a. Komunikator
memberikan respon positif terhadap pengembangan
model data warrant- claim sebab elemen argumen logika
Toulmin bisa diterapkan secara fleksibel sesuai dengan tujuan, kondisi pembaca,
kebutihan dan kesempatan penulisan secara variatif.
b. Warrant
dalam tradisional tidak dapat ditentang karena warrant berupa preposisi
azasi yang sudah jelas dengan sendirinya. Dalam logika Toulmin, warrant
bisa berkembang secara lebih rinci yaitu berupa backing.
c.
komponen backing, modal qualifier dan possible rebuttal
yang tidak diperhitungan dalam logika tradisional secara khusus, dalam logika
Toulmin, masing masing elemen tambahan berfungsi untuk memperjelas kedudukan claim.[10]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1.
Penalaran
adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung- hubungkan data atau
fakta sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
2.
Menulis
selain digunakan sebagai alat komunikasi, menulis juga melatih seseorang untuk
berpikir kritis dan mempertajam pola pikir kita dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Bahkan tulisan juga dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain
disamping alat penyampaian informasi.
3.
Penulis
harus berpedoman pada penalaran dalam menulis, yakni:
a.
Penalaran
tidak bersifat tunggal
b.
Penulis
mengetahui kondisi pembaca
c.
Perpedoman
pada tujuan penulisan
d.
Penulis
dapat menemukan standar penalaran pembaca
e.
Menyesuaikan
pernyataan dengan kekuatan penalaran
4.
Berpikir
logis dapat diungkapkan dalam bentuk wacana ilmiah, seminar, artikel, skripsi,
tesis, maupun disertasi. Pernyataan pernyataan dengan menggunakan pola berpikir
logis bisa dilakukan dengan Model Toulmin.
5.
Salah
satu keunggulan penalaran model Toulmin yaitu komunikator memberikan respon
positif terhadap pengembangan model data
warrant-claim sebab elemen argumen logika Toulmin bisa diterapkan secara
fleksibel sesuai dengan tujuan, kondisi pembaca, kebutihan dan kesempatan
penulisan secara variatif
DAFTAR
PUSTAKA
Mujianto, Gigit. dkk. 2013. Bahasa Indonesia. Malang: UPT
Penerbitan
Universitas Muhammadiyah
Malang.
Sova Puspidalia, Yuentie. 2011. Terampil Berbahasa Indonesia
Ponorogo: Stain
Po Press.
Sova Puspidalia, Yuentie dan Moh. Muklas. 2014. Terampil
Berbahasa Indonesia
Ponorogo: Stain Po Press.
[1] Gigit
Mujianto, dkk., Bahasa Indonesia (Malang: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang, 2013), 20.
[2] Yuentie Sova
Puspidalia dan Moh. Muklas, Terampil Berbahasa Indonesia (Ponorogo:
Stain Po Press. 2014), 149.
[3]
Yuentie Sova
Puspidalia dan Moh. Muklas, ... 150
[4]
Yuentie Sova
Puspidalia dan Moh. Muklas, ... 151
[5]Gigit Mujianto,
... 23
[6]Yuentie Sova
Puspidalia, Terampil Berbahasa Indonesia (Ponorogo: Stain Po Press.
2011),
[7]Yuentie Sova
Puspidalia, ... 158
[8]
Yuentie Sova
Puspidalia, ... 161
[9]
Yuentie Sova
Puspidalia, ... 162
[10]
Yuentie Sova
Puspidalia, ... 163

Tidak ada komentar:
Posting Komentar