Jumat, 11 Maret 2016

PENALARAN BERBAHASA



PENALARAN BERBAHASA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu :
Rifa Suci Wulandari, M.PD

Disusun oleh :
1.      Donni Lailatul Masruroh
2.      Muhammad Burhani

210214201
210214190


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SYARI’AH MUAMALAH KELAS “G”
SEMESTER DUA
TAHUN AJARAN
2014/2015


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam komunikasi, peristiwa penyampaian gagasan terwujud dalam uraian atau rentetan pernyataan. Hal demikian dapat bersangkut paut dengan sejumlah perangkat pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan penalaran. Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai penalaran yang diharapkan mahasiswa mampu memahaminya dengan baik.
B.     Tujuan
Dalam penulisan makalah ini penulis memiliki tujuan antara lain:
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai materi Penalaran Bahasa
2.      Mengetahui penalaran model Toulmin
C.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian
2.      Keterampilan Menulis
3.      Fungsi, Tujuan dan Motivasi Menulis
4.      Berpikir dan Bernalar
5.      Penalaran dalam Karangan


BAB II
ISI
A.    Pengertian
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung- hubungkan data atau fakta sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
Dengan memperhatikan pengertian penalaran tersebut, selanjutnya dapat dipahami bahwa penalaran merupakan hal yang sangat penting bagi berhasilnya aktivitas penyampaian gagasan. Penalaran merupakan kunci bagi bermaknanya sebuah fakta atau bahan. Namun demikian, untuk menghasilkan sebuah pernyataan atau penilaian atas suatu hal mutlak diperlukan data/ fakta dan penalaran.
Jadi, untuk menghasilkan pernyataan atau penilaian yang berkualitas dan meyakinkan, selain diperlukan data atau fakta yang akurat juga diperlukan penalaran yang baik (logis). Dengan demikian, akhirnya dapat dipahami bahwa penalaran merupakan hal yang terpenting dalam sebuah karangan.[1]
B.     Keterampilan Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, yakni setelah menyimak, berbicara dan membaca. Hal ini menulis memiliki kesulitan yang paling tinggi. Yang dimaksud dalam keterampilan menulis disini yaitu kemampuan seseorang dalam mengeluarkan ide atau gagasan melalui bahasa tulis.
Karena itu, seseorang yang ingin bisa menulis dengan baik harus terlebih dahulu melalui proses latihan secara terus menerus.[2]
C.     Fungsi, Tujuan dan Motivasi Menulis
Menulis selain digunakan sebagai alat komunikasi, menulis juga melatih seseorang untuk berpikir kritis dan mempertajam pola pikir kita dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Bahkan tulisan juga dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain disamping alat penyampaian informasi.
Orang melakukan kegiatan menulis karena didorong oleh beberapa alasan. Misalnya karena adanya faktor keharusan, promosi, kemanusiaan, sebagai pengembangan ilmu, kesastraan.[3]
D.    Berpikir dan Bernalar
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang penulis adalah kemampuan berpikir logis. Jika seseorang penulis mempunyai kemampuan penalaran yang baik dalam menyusun tulisannya menjadi suatu tulisan yang kompak dan menyakinkan, pembaca akan dapat menerima apa yang dikemukakan penulis.
Penulis harus berpedoman pada penalaran dalam menulis, yakni:
1.      Penalaran tidak bersifat tunggal
2.      Penulis mengetahui kondisi pembaca
3.      Perpedoman pada tujuan penulisan
4.      Penulis dapat menemukan standar penalaran pembaca
5.      Menyesuaikan pernyataan dengan kekuatan penalaran[4]
Dari 5 hal tersebut menyebabkan penalaran dibagi 2 yaitu:
1.      Penalaran Induktif
Penalaran Induktif yaitu penalaran yang bertolak dari pernyataan khusus untuk menghasilkan  pernyataan yang umum. Bentuk bentuk dari penalaran induktif adalah:
a.       Generalisasi
Adalah proses penalaran yang bertumpu pada beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk menghasilkan kesimpulan umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, kawat memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jadi, jika dipanaskan, benda logam akan memuai.[5]
b.      Analogi
Analogi merupakan proses penalaran dengan cara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama atau kemiripan dalam hal hal tertentu. Apa yang berlaku pada hal yang akan berlaku juga pada hal yang lain karena dua hal tersebut memiliki kemiripan.
Analogi dapat lebih menjelaskan sesuatu yang belum dikenal dengan menghadirkan sesuatu yang sudah dikenal. Misalnya untuk memberi penjelasan mengenai manajemen sekolah, seseorang dapat menganalogikan dengan sebuah konser musik. Bagaimana seorang kepala sekolah disamakan dengan dirigen, guru dan staf disamakan dengan musisi dalam konser tersebut. Pada akhirnya, keberhasilan sekolah tersebut dipersamakan dengan alunan musik sebagai hasil sinergi untuk kinerja dirigen dan seluruh musisinya.
c.       Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah bentuk penalaran dengan cara mengkaitkan gejala gejala yang saling berhubungan dalam hukum kausalitas.
Penalaran dalam bentuk hubungan kausal ini dapat bertolak dari sebab ke akibat atau dari akibat ke sebab.
Contoh:
Bila kita bakar kayu tentu akan muncul asap  (sebab- akibat).
Bila dari kejahuan kita tahu ada asap membumbung keangkasa, maka kita dapat menyimpulkan bahwa dibawahnya terdapat api (akibat-sebab).
2.      Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dilakukan dengan bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk menghasilkan kesimpulan yang lebih khusus.
Artinya, apa yang dikemukakan didalam kesimpulan secara tersirat telah ada didalam pernyataan itu. Jadi sebenarnya, proses deduktif bukan menghasilkan suatu pengetahuan yang baru, melainkan menghasilkan pernyataan atau kesimpulan yang konsisten dengan pernyataan dasarnya.
Contoh:
Seandainya kamu tadi mematuhi tata tertib ujian hari ini, tentu kamu tidak mendapatkan sanksi dari pengawas.
Ada penalaran penyebab yang mengakibatkan kelemahan dalam penalaran deduktif, yaitu:
a.       Pernyataan bukan bersifat kebenaran tetapi pernyataan harapan atau keinginan yang kuat. Contoh:
Jika orang tuaku diberi usia yang panjang, aku dan suamiku dapat mengajak mereka naik haji.
b.      Pernyataan umumnya sama sekali tidak bisa diterima oeh akal atau kebenaran takhayul. Contoh:
Hanifah mempunyai hidung sumbing karena ketika ibunya mengandung dan ketika terjadi gerhana bulan ibunya tidur saja dan bayi yang dikandungnya tidak dibangunkan sehingga sebagian hidungnya termakan makhluk jahat.
c.       Pernyataan deduktif yang didasarkan pada kebenaran umum diperoleh dari induktir sembarangan. Contoh:
Santi anak orang kaya. Setiap masuk kuliah, baju yang dipakai Santi selalu bagus dan berganti ganti.[6]
E.     Penalaran dalam Karangan
Dalam membuat karangan masih banyak penulis yang melakukan kesalahan dalam penalaran. Misalnya kesalahan dalam menganalogikan sesuatu, membuat argumentasi yang berputar putar, menerapkan suatu kasus sebagai sebab terhadap timbulnya kasus lain hanya berdasarkan urutan kejadiannya, menggunakan argumen pendapat seorang ahli tidak sesuai dengan bidangnya dan penggunaan dikotomi yang tidak tepat.[7]
1.      Penalaran Model Toulmin
Berpikir logis dapat diungkapkan dalam bentuk wacana ilmiah, seminar, artikel, skripsi, tesis, maupun disertasi. Pernyataan pernyataan dengan menggunakan pola berpikir logis bisa dilakukan dengan Model Toulmin.
a.       Konsep Dasar Logika Model Toulmin
Stephen Toulmin mengemukakan bahwa terdapat enam elemen dalam mengungkapkan argumen. Yaitu C (Claim), G (Ground), W (Warrant), B (Backing), M (Modal Qualifier), R (Rebuttal).
C G W merupakan elemen utama untuk menyusun suatu argumen sedangkan B M R merupakan elemen pelengkap.
C G W B M R sering ditandai dengan sebuah kata atau frase yang disebut dengan indikator konklusi.
1)      Claim (pernyataan) adalah pernyataan yang bersifat kontroversi yang ingin disampaikan penulis. Dalam sehari hari, istilah C disebut juga kesimpulan. indikator konklusi antara lain dengan, demikian, dapat disimpulkan, pada umumnya, oleh karena itu, sebab itu, dengan demikian, jadi, maka dari itu, dapat dibuktikan bahwa ... .
2)      Ground (alasan), ground mengacu pada materi berupa fakta, opini, laporan secara historis, peristiwa sehari hari, statistik, dan sebagainya yang digunakan untuk mendukung C. Indikator konklusi antara lain sebab, selama, karena ... .
3)      Warrant (pembuktian) adalah pembuktian yang berupa proposisi yang memungkinkan untuk menghubungkan G ke C. Dapat berupa aturan, prinsip, hukum, buku pedoman dan keterangan lain yang dapat diterima dan dipercaya oleh umum.
4)      Backing (pendukung) terdiri atas kriteria kriteria atau pengalaman pengalaman khusus yang digunakan dalam asumsi yang dinyatakan dalam W. Dapat berupa pernyataan pakar, hasil penelitian dan hasil wawancara.
5)      Modal Qualifier (kadar kepastian dan kemungkinan) adalah derajat kepastian atau kemungkinan sebuah C seperti yang diyakini oleh penulis. Indikator konklusi antara lain agaknya, sangat mungkin, mungkin, masuk akal, perlu, pasti, tentu saja, sejauh bukti yang ada, rupanya, kiranya, kemungkinannya.
6)      Rebuttal (penolakan) merupakan kondisi yang memungkinkan C tidak shahih dan terbatas cangkupannya. Kecuali... jika... maka... , ... jika... . [8]
b.      Contoh argumen dengan lofika model Toulmin
1)      Elemen Claim (C)
(C) dalam kenyataannya, pengajaran sastra di Indonesia selama ini lebih diarahkan pada aspek sejarah dan teori sastra. (C) dengan demikian, pencapaian tujuan belum sampai pada tujuan yang diharapkan (disebut claim berantai).
2)   Elemen Ground (G)
(G) Fatwa haram namun diperbolehkan karena dihukum darurat untuk (C) penggunaan vaksin berlemak babi bagi jamaah haji menimbulkan polemik.
3)    Elemen Warrant (W)
       (W) Selain hal hal diatas, (G) dari hasil wawancara peneliti dengan pengarang, (C) Chairul Harun mengatakan bahwa novel Warisan juga berbau futurologis, ramalan masa datang lewat pemikiran dan penelitian sendiri.



4)    Elemen Backing (B)
       (B) Dengan menggunakan teknik interview dan quesioner dikumpulkan pandangan pandangan responden terhadap kehidupan seksual yang merupakan data penelitian.
5)    Elemen Modal Qualifier (M)
       (M) Mahasiswa berhasil menyelesaikan studinya dan menjadi sarjana dalam bidang ilmunya, mereka diharapkan untuk lebih kreatif. Wujud kreativitas ini antara lain adalah karya karya ilmiah dalam berbagai karangan ilmiah.
6)    Elemen rebuttal (R)
       (C) berdasarkan data empiris yang ada menyebabkan terjadinya polemik (G) karena belum ada standar angka yang pasti untuk menentukan kapan suatu wabah dianngap gawat sehingga fatwa darurat diberlakukan. (M) Fatwa darurat barangkali tidak ada pertentangan (R) seandainya kasus miningitis terjadi pada 50% atau 5% dari total jamaah haji.[9]
2.    Keunggulan Logika Model Toulmin
       a. Komunikator memberikan respon positif terhadap pengembangan  model data warrant- claim sebab elemen argumen logika Toulmin bisa diterapkan secara fleksibel sesuai dengan tujuan, kondisi pembaca, kebutihan dan kesempatan penulisan secara variatif.
b. Warrant dalam tradisional tidak dapat ditentang karena warrant berupa preposisi azasi yang sudah jelas dengan sendirinya. Dalam logika Toulmin, warrant bisa berkembang secara lebih rinci yaitu berupa backing.
c. komponen backing, modal qualifier dan possible rebuttal yang tidak diperhitungan dalam logika tradisional secara khusus, dalam logika Toulmin, masing masing elemen tambahan berfungsi untuk memperjelas kedudukan claim.[10]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1.      Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung- hubungkan data atau fakta sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
2.      Menulis selain digunakan sebagai alat komunikasi, menulis juga melatih seseorang untuk berpikir kritis dan mempertajam pola pikir kita dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Bahkan tulisan juga dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain disamping alat penyampaian informasi.
3.      Penulis harus berpedoman pada penalaran dalam menulis, yakni:
a.       Penalaran tidak bersifat tunggal
b.      Penulis mengetahui kondisi pembaca
c.       Perpedoman pada tujuan penulisan
d.      Penulis dapat menemukan standar penalaran pembaca
e.       Menyesuaikan pernyataan dengan kekuatan penalaran
4.      Berpikir logis dapat diungkapkan dalam bentuk wacana ilmiah, seminar, artikel, skripsi, tesis, maupun disertasi. Pernyataan pernyataan dengan menggunakan pola berpikir logis bisa dilakukan dengan Model Toulmin.
5.      Salah satu keunggulan penalaran model Toulmin yaitu komunikator memberikan respon positif terhadap pengembangan  model data warrant-claim sebab elemen argumen logika Toulmin bisa diterapkan secara fleksibel sesuai dengan tujuan, kondisi pembaca, kebutihan dan kesempatan penulisan secara variatif


DAFTAR PUSTAKA
Mujianto, Gigit. dkk. 2013. Bahasa Indonesia. Malang: UPT Penerbitan
         Universitas Muhammadiyah Malang.
Sova Puspidalia, Yuentie. 2011. Terampil Berbahasa Indonesia Ponorogo: Stain
         Po Press.
Sova Puspidalia, Yuentie dan Moh. Muklas. 2014. Terampil Berbahasa Indonesia
         Ponorogo: Stain Po Press.




[1] Gigit Mujianto, dkk., Bahasa Indonesia (Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2013), 20.
[2] Yuentie Sova Puspidalia dan Moh. Muklas, Terampil Berbahasa Indonesia (Ponorogo: Stain Po Press. 2014), 149.
[3] Yuentie Sova Puspidalia dan Moh. Muklas, ... 150
[4] Yuentie Sova Puspidalia dan Moh. Muklas, ... 151
[5]Gigit Mujianto, ... 23
[6]Yuentie Sova Puspidalia, Terampil Berbahasa Indonesia (Ponorogo: Stain Po Press. 2011),
[7]Yuentie Sova Puspidalia, ... 158
[8] Yuentie Sova Puspidalia, ... 161
[9] Yuentie Sova Puspidalia, ... 162
[10] Yuentie Sova Puspidalia, ... 163

Tidak ada komentar:

Posting Komentar