Jumat, 11 Maret 2016

Faktor Lahirnya Ilmu Tauqid



FAKTOR LAHIRNYA ILMU TAUQID
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Kalam




Dosen Pengampu:
Dwi Ranjani Juwita M.HI



Oleh:
Donni Lailatul Masruroh (210214201)


JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAH
(STAIN) PONOROGO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu Tauqid atau disebut juga ilmu kalam termasuk salah satu cabang ilmu keislaman yang muncul semenjak masa yang terbilang awal. Ilmu kalam sebagai disiplin ilmu, baru muncul setelah Rasulullah saw. wafat.
Dalam konteks pemikiran islam, ilmu kalam termasuk bagian dari proses pengalaman Islam yang mengalir dalam bangunan peradaban islam pada umumnya. Oleh karena itu, sebagai bagian dari pemikiran islam, ilmu kalam tidak dapat dipisahkan dari proses sejarah peradaban islam. Kita tidak akan memahami ilmu kalam secara utuh, kalau tidak mempelajari faktor-faktor yang dapat mendorong kemunculannya. Sebab ilmu kalam sebagai ilmu yang bediri sendiri, belum dikenal pada masa Nabi sendiri maupun pada masa sahabat nabi.
B.     Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang ilmu tauqid atau ilmukalam
2.      Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan ilmu tauqid
3.      Agar mahasiswa mampu membedakan faktor intern dan ekstern yang memengaruhi ilmu tauqid atau ilmu kalam.
C.    Rumusan Masalah
1.      Apa saja faktor intern yang mempengaruhi perkembangan ilmu kalam
2.      Apa saja faktorn ekstern yang mempengaruhi perkembangan ilmu kalam


BAB II
PEMBAHASAN
            Dalam perkembangan ilmu kalam terdapat beberapa sebab yang mempengarui. Sebab sebab tersebut dibagi menjadi 2 yaitu:
1.    Faktor Intern
1.    Al Quran itu sendiri disamping ajakannya kepada tauhid dan mempercayai kenabian dan hal hal lain yang berhubungan dengan itu, menyinggung juga golongan golongan dan agama agama pada masa Nabi Muhammad SAW. yang mempunyai kepercayaan yang tidak benar. Maka dilakukanlah usaha pendekatan untuk menarik mereka dan memberi pengaruh terhadap ajaran ajaran yang telah mereka terima sejak lama itu. Dalam hal ini diantara menerima akidah tauqid. ulama kaum muslimin ada yang menggunakan metode Qura’ini. Al quran tidak membenarkan kepercayaan mereka dan membantah alasan alasannya antara lain:
a.       Al Quran membantah golongan yang mengingkari agama dan adanya  tuhan mereka yang mengatakan bahwa yang menyebabkan kebinasaan dan kerusakan hanyalah waktu saja.
Firman Allah SWT.:
(#qä9$s%ur $tB }Ïd žwÎ) $uZè?$uŠym $u÷R9$# ßNqßJtR $uøtwUur $tBur !$uZä3Î=ökç žwÎ) ã÷d¤$!$# 4 $tBur
Mçlm; y7Ï9ºxÎ/ ô`ÏB AOù=Ïæ ( ÷bÎ) öLèe žwÎ) tbqZÝàtƒ ÇËÍÈ  
“Dan mereka berkata:”Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan didunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”.dan mereka sekali kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al-Jatsiyah:24).
b.    Al Quran mengharuskan kaum muslimin mengembangkan agama dan membelanya. Kita tidak boleh memeluk agama islam dan mengimani segala aturannya saja tanpa berusaha mengerjakan apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan agama dan mengkokohkannya didalam jiwa manusia.
Firman Allah SWT.:
uqèd üÏ%©!$# Ÿ@yör& ¼ã&s!qßu 3yßgø9$$Î/ ÈûïÏŠur Èd,ysø9$# ¼çntÎgôàãÏ9 n?tã ÈûïÏd9$# ¾Ï&Íj#ä.
4 4s"x.ur «!$$Î/ #YÎgx© ÇËÑÈ  
“Dia-lah yang mengutus Rasulnya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkanNya terhadap semua agama, dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al-Fath:28)[1]
c.    Sebagian orang musyrik ada yang menuhankan bintang bintang dilangit sebagai sekutu Allah SWT. Hal ini ditolak oleh Al Quran.
       Firman Allah SWT.:
“ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka dengan yang tenggelam”. Kemudian tatkala dia melihat bulan itu terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”.Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang orang yang sesat”. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu itu tenggelam, dia berkata: “hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (QS. Al-An’am:76-78)
d.   Ada yang menuhankan Nabi Isa as. Hal ini ditolak oleh Al Quran.
Firman Allah SWT.:
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).” (QS. Al-Madinah:116)
e.       Orang orang yang menyembah berhala. Hal ini ditolak oleh Al Quran.
         Firman Allah SWT.:
“Dan (ingatlah) diwaktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar: “Pantas kamu menjadikan berhala berhala sebagai tuhan tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Al An’am:74)
f.     Golongan yang tidak percaya akan kerasulan Nabi. Dan tidak percaya akan kehidupan kembali diakhirat. Hal ini ditolak oleh Al Quran.
       Firman Allah SWT.:
“(Yaitu) pada hari Kamis gulung langit sebagai menggulung lembaran lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” (QS. Al Anbiya’:104)
g.    Golongan orang orang yang mengatakan semua yang terjadi didunia adalah perbuatan tuhan semuanya, dengan tidak ada campur tangan manusia. Mereka ini adalah orang orang yang munafik.
       Firman Allah SWT.:
Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?." Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini." Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh." Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.(QS. Ali Imron:154)[2]
          Allah membantah alasan mereka dan perkataan mereka semua dan juga memerintahkan Nabi Muhammad SAW. untuk tetap menjalankan da’wahnya sambil menghadapi alasan mereka yang tidak percaya dengan menggunakan cara yang halus.
          Firman Allah SWT.: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al Nahl:125)
          Dalam ayat ini, sudah barang tentu membuka jalan bagi kaum muslimin untuk menemukan alasan alasan kebenaran ajaran ajaran agamanya disamping menunjukkan kesalahan golongan golongan yang menentang kepercayaan kepercayaan itu, dan dari kumpulan alasan alasan itulah berdirinya ilmu tauhid.
2.     Ketika mendekati berakhirnya masa pertama, yaitu masa keimanan yang jernih dari segala bentuk polusi perdebatan, pertikaian dan ketika kaum muslimin sudah tidak terlibat dalam peperangan mereka senantiasa berbicara dan berfikir mengikuti arus perselisihan dikalangan umat sesuai dengan pola pikir mereka sehingga timbulah perbedaan pemikiran serta pendapat yang beraneka ragam.
Ketika kaum muslimin selesai membuka negara negara baru untuk masuk islam. Mereka mulai tenteram dan tenang pikirannya, disamping melimpahnya rizqi. Disinilah mereka mulai mengemukakan persoalan agama dan berusaha mempertemukan nash-nash (ketentuan) yang kelihatanya saling bertentangan. Keadaan ini adalah gejala umum bagi tiap tiap agama bahkan pada tiap tiap masyarakat pun terdapat gejala itu.
Pada mulanya agama itu hanyalah merupakan kepercayaan kepercayaan yang kuat dan sederhana, tidak perlu diperselisihkan dan tidak memerlukan penyelidikan. Penganut penganutnya menerima bulat bulat apa yang diajarkan agama, kemudian dianutnya dengan sepenuh hati tanpa memerlukan penyelidikan dan pemilsafatan.
3.      Perselisihan diatara mereka dalam masalah politik telah membawa mereka kearah perselisihan dalam persoalan agama, sehingga golongan yang telah ada menjelma menjadi partai keagamaan dan masing masing firkah( partai) mempunyai pandangan yang berbeda beda antara satu sama lain akhirnya lahirlah firkah-firkah antara lai: syiah dan murjiah
sebagai contoh, ketika Rasulullah SAW meninggal dunia, beliau tidak mengangkat seorang pengganti dan tidak pula menentukan cara pemilihan penggantinya. Ketika itu, antara sahabat Muhajirin dan Anshar terdapat perselisihan, masing masing menghendaki supaya pengganti Rasulullah dari pihaknya.
Ditengah kesibukan itu, Umar Bin Khattab r.a mem-bai’at Abu Bakar r.a menjadi khalifah yang kemudian diikuti oleh sahabat sahabat lainnya. Abu bakar kemudian mengambil cara lain dengan cara menyerah khilafah kepada Umar bin Khattab, Umar bin Khattab pun mengambil cara lain lagi, yaitu dengan menyerahkan khilafah kepada pengikutnya dan pilihan pengikutnya adalah Usman bin Affan r.a. sebenarnya khilafah itu adalah soal politik.
Agama tidak mengharuskan kaum muslimin untuk mengambil bentuk khilafah tertentu, tetapi hanya memberikan dasar umum. Yaitu kepentingan umum. Kalau ada perselisihan itu adalah soal politik semata mata. Akan tetapi tidak demikian halnya pada masa itu. Ditambah lagi dengan peristiwa terbunuhnya Usman bin Affan dalam keadaan gelap.
Utsman adalah khalifah yang sah, seorang prajurit islam yang sejati. Penilaian yang tidak sama ini, menjadi fitnah dalam peperangan yang terjadi pada masa khalifah Ali ra.[3]
Sejak itu kaum muslimin terpecah menjadi beberapa kelompok, yang masing masing sebagai pihak yang benar dan hanya calon daripadanya yang berhak menduduki pimpinan negara. Kemudian golongan golongan itu menjadi golongan agama dan menemukan dalil dalil agama untuk membelanya, dan selanjutnya perselisihan antara mereka menjadi perselisihan agama, dan berkisaran pada soal iman dan kafir.
Dari sinilah mulai timbulnya persoalan besar yang selama ini banyak memenuhi buku buku keislaman, yaitu melakukan kejahatan besar yang mula mula dihubungkan dengan kejadian khusus, yaitu pembunuhan terhadap Usman bin Affan, kemudian beransur ansur menjadi persoalan yang umum. Lepas dari persoalan siapa orangnya yang membunuh, kemudian timbul soal soal lainnya, seperti soal iman dan hakikatnnya, bertambah atau berkurangnya soal imamah dan lain lain.
Persoalan dosa tersebut, dilanjutkan lagi yaitu mengenai sumber kejahatan dan perbuatan manusia. Karena adanya penentuan sumber ini, maka dengan mudah diberikan vonis kepada pelakunya itu sebagai orang yang salah.
Kalau manusia itu sendiri sebagai sumber perbuatan, maka soalnya sudah jelas. Akan tetapi kalau sumber perbuatan itu Tuhan, manusia itu hanya sebagai pelaku semata mata, maka keputusan manusia itu dosa atau kafir, hal itu masih belum jelas. Inilah yang menyebabkan timbulnya golongan Jabariyah, Qadariyah, Mu’tazilah, dan Asy’ariyah yang membicarakan masalah Af’alul-‘ibad atau perbuatan hamba, apakah manusia itu mempunyai kebebasan dalam keadaan terpaksa  dalam perbuatannya atau bagaimana.[4]
2.    Faktor Ekstern
1.      Banyaknya orang orang yang masuk islam setelah Fathu Makkah , yang sebelumnya mereka memeluk agama berbeda beda seperti yahudi , nasrani dll. Disana mereka banyak menampakkan pemikiran pemikiran yang bersumber dari ajaran agama mereka lama
2.      Firkah islamiah golongan pertama terutama golongan Mu’tazilah tujuan utamanya untuk mempertahankan agama, untuk menyiarkan Islam dan memberantas orang orang yang menyimpang dari ajaran islam dan membantah alasan alasan mereka yang memusuhi islam. Mereka tidak akan bisa menghadapi lawan lawannya tersebut beserta dalil dalilnya. Dengan demikian mereka harus menyelami pendapat pendapat tersebut dan akhirnya negara islam menjadi arena perdebatan bermacam macam pendapat dan bermacam macam agama, hal mana yang bisa mempengaruhi masing masing pihak yang bersangkutan. setiap firkah berusaha untuk mempertahankan pendapatnya sediri serta menolak pendapat orang lain. Sedangkan dari gol yahudi dan nasrani mempergunakan flsafat guna mempersenjata diri dalam menghadapi mereka sekaligus untuk mempertahankan agamanya dengan mempergunakan senjata yang sama.
3.      Kebutuhan para ulama mutakallimin akan filsafat memaksa mereka harus memperbanyak filsafat yunani dan ilmu mantik.[5] Inilah sebabnya kita banyak temukan dalam kitab kitab tauqid yang berkembang sekarang yang intinya adalah filsafat yunani. Dengan motif motif ini timbullah ilmu tauqid, menjadi luaslah pembahasannya dan bermacam macamlah dimensinya sehingga dinamai juga dengan ilmu kalam.


BAB III
PENUTUB
Kesimpulan
1.      Ilmu tauqid atau biasanya disebut juga ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan alasan yang mempertahankan kepercayaan iman dengan menggunakan dalil pikiran
2.      Faktor yang menyebabkan lahirnya ilmu tauqid dibagi menjadi 2 yaitu faktor intern dan faktor ekstern
3.      Faktor intern adalah faktor yang muncul dari dalam dan faktor ekstern adalah faktor yang muncul dari luar

Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini kami masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.



[2] Noor Ahmad, et.al.,Epistemologi Syara’(Yogyakarta:Walisongo Press,2000)hlm.33
[3] Ibid.,hlm.39
[4] Ibid.,hlm. 40
[5] Ust. H, Abn Rahum Nur, Pengantar Ilmu kalam (Surabaya: C.V. Karunia. 1986) hlm. 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar