Ketika aku menulis ini aku
berada pada dilema
Dilema dalam menentukan jalan
cara menempuh hidup yang akan aku lewati.
Kenapa? Begini kemarin malam
aku bercerita dengan seorang teman mengenai kakaknya, kakaknya itu seseorang
yang bisa dianggap cuek dalam menjalani hidupnya. Bagaimana tidak, seseorang
yang pekerjaannya pelajar dan kegiatannya adalah belajar malahan tidak mampu
melakukan itu karena katanya apabila ia terlalu lama dalam membaca buku
pelajaran dia akan merasakan pusing di kepala.
Ia lebih suka membaca novel,
komik. Nonton drama korea, thailand, jepang. Bahkan dalam menghabiskan satu
dramapun ia rela menggadaikan jam tidurnya. Mereka semua serasa seperti
hidupnya, sehari tidak melakukan kegiatan itu maka dia bisa dibilang sakau, dia
termasuk pencandu berat. Ketika kuliah kakak ini juga sangat cuek, ketika dosen
datang sebelum ia ada di kelas maka ia akan pulang jika tidak, ia pergi
kepeminjaman novel dan komik. Beda dengan kita, ketika dosen datang sebelum
kita, kita akan cepat cepat untuk segera memasuki kelas dengan berbagai alasan
agar tetap dapat mengikuti mata kuliahnya. Ketika dia merasa tidak enak badan
sedikit saja dia akan pulang berbeda dengan kita kebanyakan yang akan tetap
masuk dan menahan rasa sakit itu. Wah bisa dibilang hidup kakak ini santai
sekali.
Dalam menyelesaikan skripsi
juga seperti itu, dalam 2 minggu akhir ia baru dapat menyelesaikan skripsinya,
itu pula dengan mengopi rumus rumus dari sahabatnya dan di bantu mengerjakan
oleh sahabatnya, dia adalah mahasiswa di prodi matematika. ternyata dalam ujian
skripsi itu pun dia lulus. Padahal jika di liat dari kesehariannya ia termasuk
mahasiswa yang dapat dihitung dengan jari berapa kali ia masuk kuliah, ia juga
termasuk siswa yang juga mengulang di beberapa mata kuliah, tetapi dia memiliki
IP selalu diatas 3 koma. Dewi fortuna selalu berada dipihaknya. menurutku
karena tirakatnya yang selalu bangun malam menjelang skripsi juga mempengaruhi.
Dia juga bilang ketika ditanya adiknya tentang tirakatnya pada malam hari yaitu
mencari mukjizat sebelum menempuh skripsi, hahahha.. padahal yang aku tau
mukjizat itu diberikan Allah hanya untuk nabi dan rasulnya, kita manusia awam
seperti ini namanya diberikan ilham olehNya, mungkin maksud dari kakak itu
ilham kali ya J
Setelah wisuda berakhir ia
pun langsung ditawari pekerjaan di Kalimantan sebagai guru smp dan smk.
Menurutnya hidup itu dijalani santai saja berjalan dengan sendirinya jika
kuliah harus mengulang ya di jalani, belajarpun tak usah “ngoyo” karena dari
pandangannya ketika kita terjun di tengah masyarakat kita tidak akan dinilai
dari berapa IP yang kita dapatkan, tetapi dari sikap tingkah kelakuan dan
bagaimana kita dapat berteman dengan baik kepada orang lain, itu menurutnya
lebih penting ketimbang hanya memiliki IP yang tinggi tetapi judes, iri dengki,
gak bisa dalam berhubungan dengan orang diluar sana. Rezeki seseorang tidak
akan pernah tertukar tambahnya begitu.
Nah, dari pengalaman kakak
ini menurut juga ada benarnya juga, menjalani hidup dengan santai dan apapun
yang akan datang tetap harus dijalani dengan sepenuh hati. Tetapi disisi lain
aku berpendapat bahwa kakak itu memiliki keberuntungan yang sangat tinggi. Jika
aku menjalani hidup seperti kakak itu apakah dewi fortuna akan terus mengikutiku? Beruntung sekali jika ia,
namun bagaimana jika tidak? Malah akan menimbulkan masalah yang berbagai macam
nantinya.
Sebagai manusia yang tidak
menutup diri dari nasihat orang lain haha.. aku akan menerapkan sedikit cara
hidup kakak itu yang menurutku dapat aku terapkan di hidup ku ini yaitu dalam
kehidupan dimasyarakat mereka menilai kita berdasarkan bagaimana kita dapat
berhubungan sosial yang baik dengan mereka bukan dengan berapa tinggi IP yang
kita dapatkan. Itu dia.... hahaha.. kenapa? Jujur saja dalam hal pelajaran aku
termasuk “rata rata” :D. Tapi untuk menjalani hidup ini dengan santai aku belum
bisa saat ini karena kelihatannya susah binggo hahahahaha.. juga aku belum
mengetahui dampak negatifnya.
